Tattoo History
Pengartian Tato secara garis besarnya adalah; "Gambar atau simbol yang dilukiskan pada permukaan kulit", atau dengan kata lain dapat juga di artikan sebagai "seni dalam merajah tubuh".
Kata sebutan T-A-T-O itu sendiri menurut sejarah berawal dari bahasa Tahitian; “Ta-tu atau Ta-tau” yang konon artinya memberikan torehan tanda atau simbol. Dalam setiap negara didunia masing-masing memiliki perbedaan penulisan kata dan bahasa sebutan untuk Tato, seperti negara kita Indonesia misalnya, kita menyebutnya dengan kata sebutan; "Tato atau Rajah" dan juga di negara lain, diantaranya; bangsa Inggris menyebutnya dengan "Tattoo", Danish "Tatovering", Norwegian "Tatovering", Swedish "Tatuering", German "Tätowierung", French "Tatouage", Italian "Tatuággio", Spanish "Tatuaje", Dutch "Tatoeage", Brazilian "Tatuagem", Finnish "Tatuointi", Polish "Tatuaz", Hawaiian "Kakau", Portuguese "Tatuagem", Lithuanian "Tatiuruote", Estonian "tätoveering", Inuktitut "Tunniit", Slovenian "Tetoviranje", Turkish "Dövme", Hungarian "Tetoválás", Japanese "Irezumi/Horimono", Icelandic "húðflúr", Greenlandic "Kakiorneq", New Zealand (Maori) "Moko", Polynesia in general "Mana", dll.
SEJARAH TATO
Banyak bukti-bukti sejarah tentang Tato ini diketemukan. Jika ditelisik dari akar sejarahnya, seni dalam membuat tato tertua dapat dikatakan lahir pertama kali di Mesir kuno pada tahun 4000 SM. hingga para ahli mengambil kesimpulan bahwa seni dalam membuat Tato ini sudah ada sejak 12.000 tahun SM.
Kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya penemuan tubuh manusia yang sudah membeku diatas pegunungan es dekat perbatasan antara Austria dan Italy pada tahun 1992 (lihat gambar: The Iceman). Yang diperkirakan tubuh tersebut telah berusia lebih dari 5000 tahun, ditubuhnya terdapat 58 guratan Tato berupa garis-garis. Menandakan seni dalam membuat Tato telah mereka lakukan pada masa itu.
APA ALASAN BAGI SUKU-SUKU KUNO DIDUNIA MEMBUAT TATO ?
Seperti kelompok masyarakat Amunet di Mesir maupun suku-suku kuno seperti Maya, Inca, Ainu, Polynesians Maori, Artec, dll. Pada kisaran tahun 4000-2000 SM, tato merupakan bagian dari ritual yang memiliki nilai dan fungsionalitas yang cukup tinggi, dan juga digunakan sebagai lambang tingkatan religiositas seseorang.
Sebagai contoh suku Maori di New Zealand melakukan ritual membuat Tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat. Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik (lihat gambar: Maori Tattoo). Dan itu juga dilakukan oleh kebanyakan orang di Kepulauan Solomon, Tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka.
Bangsa Yunani kuno memakai Tato sebagai tanda pengenal para anggota dari badan intelijen mereka, alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini Tato menunjukan pangkat dari si mata-mata tersebut. Berbeda dengan bangsa Romawi, mereka memakai Tato sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan budak, mereka melakukannya agar dapat membedakan ras dari kaum para bangsawan, dan Tato juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya.
Orang-orang Suku Nuer di Sudan memakai Tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu pada sukunya.
PENYEBARAN SENI TATO DI DUNIA
Dapat diambil kesimpulan bangsa Mesir-lah yang menjadi biang tumbuh suburnya Tato di dunia. Dahulu kala bangsa Mesir dikenal sebagai bangsa yang kuat, karena ekspansi mereka terhadap bangsa-bangsa lain membuat seni Tato ini juga ikut menyebar luas kesetiap negara, seperti ke daerah Yunani, Persia, dan Arab hingga ke-Asia.
Tato alias Wen Shen atau Rajah mulai merambahi negara Cina sekitar taon 2000 SM. Wen Shen konon artinya “akupunktur badan”. perlu diketahui, sama seperti bangsa Romawi, bangsa Cina kuno memakai Tato untuk menandakan bahwa seseorang pernah dipenjara. Sementara di Tiongkok sendiri, budaya Tato terdapat pada beberapa etnis minoritasnya, yang telah diwarisi oleh nenek moyang mereka, seperti etnis Drung, Dai, dan Li, namun hanya para wanita yang berasal dari etnis Li dan Drung yang memilik kebiasaan mentato wajahnya.
Riwayat adat-istiadat Tato etnis Drung ini muncul sekitar akhir masa Kedinastian Kaisar Ming (sekitar 350 tahun yang lalu), ketika itu mereka diserang oleh sekelompok grup etnis lainnya dan pada saat itu mereka menangkapi beberapa wanita dari etnis Drung untuk dijadikan sebagai budak. Demi menghindari terjadinya perkosaan, para wanita tersebut kemudian mentato wajah mereka untuk membuat mereka kelihatan kurang menarik di mata sang penculik. Meskipun kini para wanita dari etnis minoritas Drung ini tidak lagi dalam keadaan terancam oleh penyerangan dari etnis minoritas lainnya, namun mereka masih terus mempertahankan adat- istiadat ini sebagai sebuah lambang kekuatan kedewasaan. Para anak gadis dari etnis minoritas Drung mentato wajahnya ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun sebagai sebuah simbol pendewasaan diri. Ada beberapa penjelasan yang berbeda, mengapa para wanita tersebut mentato wajahnya. Sebagian orang mengatakan, bahwa warga etnis Drung menganggap wanita yang ber-Tato terlihat lebih cantik dan para kaum Adam etnis Drung tidak akan menikahi seorang wanita yang tidak memiliki Tato di wajahnya.
Di Indonesia orang-orang Mentawai di kepulauan Mentawai, suku Dayak di Kalimantan, dan suku Sumba di NTB, sudah mengenal Tato sejak jaman dulu. contohnya Suku Mentawai, Tato-nya tidak dibuat dengan sembarangan. Sebelum pembuatan Tato dilaksanakan, ada Panen Enegaf alias upacara inisiasi yang dilakukan di Puturkaf Uma (galeri rumah tradisional suku mentawai). Upacara ini dipimpin oleh Sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barulah proses Tato-nya dilaksanakan. Tato, bagi masyarakat tradisional Mentawai, memiliki banyak makna, tanda, serta simbol. Derajat seseorang bisa dilihat dari Tato di tubuhnya. Rajah juga bisa menunjukkan kesukuan seseorang, berapa jumlah keluarganya, serta prestasi yang telah ia capai. Tato Mentawai yang bentuknya statis dan proporsinya aneh itu merupakan kekayaan diri bagi sipemakainya.
sumber: http://osserem.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar