
Awal   Maret 2011, media massa ramai memberitakan, penabuh drum grup rock    Genesis, Phil Collins (60), akan mundur dari karier musik yang  dijalani   lebih dari 40 tahun akibat gangguan kesehatan. Pemusik  kelahiran  Inggris  itu mengalami masalah telinga, dislokasi tulang, dan  kerusakan  saraf  pada lengan.
Bagi pemusik, alat pendengaran merupakan  harta tak  ternilai. Di sisi  lain, ada potensi gangguan pendengaran  akibat  tingginya intensitas  bunyi alat musik yang dimainkan.
Berdasarkan   studi Marshall Chasin dari Centre for Human Performance and  Health,   Kanada, intensitas (kerasnya) bunyi bass drum dapat mencapai  106  desibel  (dB).
Guru Besar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan  Tenggorok  Fakultas  Kedokteran Universitas Indonesia Jenny Endang  Bashiruddin  memaparkan,  bunyi aman bagi telinga adalah intensitas 85  dB dalam 8 jam  per hari  kerja atau 40 jam per minggu berdasarkan  panduan Occupational  Safety  Health Association (OSHA).
Hukum  ”tiga” dapat dimanfaatkan  sebagai panduan. Artinya, setiap  penambahan  tiga desibel, waktu aman  pajanan makin pendek. Misalnya,  seseorang  aman jika terpajan 85 dB dalam  waktu 8 jam, 88 dB dalam waktu  4 jam,  91 dB dalam waktu 2 jam, 94 dB  dalam waktu 1 jam, 97 dB dalam  waktu 30  menit, 100 dB dalam waktu 15  menit, dan seterusnya. Jika tidak   terpenuhi, dapat terjadi kerusakan  alat pendengaran. ”Penabuh gamelan   bali yang sangat energik dan keras  bunyi musiknya pernah diteliti.   Ternyata, mereka mengalami gangguan  pendengaran,” kata Jenny.
Proses  mendengar berawal dari gelombang  bunyi yang ditangkap oleh daun   telinga. Bunyi diteruskan ke liang  telinga, kemudian menggetarkan   gendang telinga (membran timpani).  Bergetarnya tulang-tulang   pendengaran (martil, landasan, dan sanggurdi)  di telinga tengah   menggetarkan cairan di rumah siput (koklea) di telinga  bagian dalam.   Getaran kemudian diteruskan ke saraf pendengaran (saraf  auditorius) dan   disampaikan ke otak untuk diinterpretasikan. Saat itulah  kita   mengetahui bunyi yang didengar.
Bunyi yang terlalu keras  akan  merusak sel-sel rambut di koklea. ”Jika  terjadi terus, gangguan   pendengaran semakin berat dan sulit  diperbaiki,” ujarnya.
Jenny   mengatakan, gangguan pendengaran akibat bising, yang dikenal  sebagai   noise induced hearing loss (NIHL), merupakan salah satu  gangguan   pendengaran yang dapat dicegah.
Pemain drum atau orang yang bekerja di lingkungan bising dapat menggunakan penutup telinga untuk mengurangi intensitas bunyi.
Menjaga organ gerak
Mengingat bermusik merupakan aktivitas yang sarat gerak, penabuh drum juga perlu mewaspadai gangguan pada organ gerak.
Dokter   ahli saraf Darmawan Muljono, mewakili tim dokter dari Ramsay  Spine   Center Rumah Sakit Premier Bintaro, menyebutkan, cedera tulang  belakang   pada penabuh drum terkait erat dengan pergerakan tubuh. Selain   Darmawan,  tim dokter Spine Center terdiri dari ahli bedah tulang   Luthfi Gatham,  ahli rehabilitasi medik Peni Kusumastuti, ahli saraf   Tuti Suwirno  Zacharia, dan ahli radiologi Riris Himawati.
Aktivitas  yang  melampaui kemampuan, seperti mengangkat beban berat atau   terpukul, dapat  mengakibatkan kerusakan anggota gerak. Cedera juga   bisa terjadi tanpa  disadari, tetapi berulang-ulang dalam jangka waktu   lama (minimal  repetitive accumulative injury) serta pemakaian   berlebihan (over-use  injury). Penabuh drum berisiko mengalami cedera   karena saat menabuh drum  tak ada penunjang kedua lengannya sehingga   besar kemungkinan timbul  gangguan di tengkuk dan leher.
Leher  sering mengalami cedera,  seperti kerusakan tulang, persendian,  dan  jaringan pengikat. Gangguan  itu akan mengganggu sistem saraf.  Timbul  nyeri di tengkuk, sakit kepala,  dan kesemutan yang menjalar ke  lengan.  Jika berkelanjutan, terjadi  pengisutan otot, akhirnya otot  lemah dan  lumpuh.
Risiko lain  ialah gangguan saraf lengan atau saraf  persendian tangan.  Terjadi  penjepitan saraf dalam terowongan sendi  tangan akibat  peradangan karena  cedera. Timbul rasa nyeri, kesemutan,  baal pada  jari-jari tangan dan  telapak serta punggung tangan,  kesulitan  menggenggam, lama-kelamaan otot  mengisut, dan terjadi  kelemahan  otot-otot jari tangan.
Persendian  dan otot-otot  lengan juga dapat cedera, misalnya persendian  gelang  bahu, persendian  siku, tangan, dan jari-jari. Persendian atau  otot yang  cedera akan  terasa nyeri dan pergerakan jadi terbatas.
Guna  mengurangi  risiko cedera, latihan pemanasan berupa peregangan  pinggang,  leher,  gelang bahu, lengan, siku, tangan, dan jari-jari  sangat penting.   Pembebanan yang bertahap untuk mengondisikan anggota  gerak menghadapi   segala postur dan aktivitas akan sangat membantu.  Sebaiknya aktivitas   yang berlebihan dihindari dengan cara beristirahat  setelah beberapa   pertunjukan.
”Postur tubuh yang baik saat beraktivitas dapat   mencegah cedera. Letak  tempat duduk dengan alat musik perlu diatur agar   tidak terjadi  kesalahan postur. Ukuran batang pemukul drum perlu   disesuaikan dengan  ukuran tangan,” kata Darmawan.
Jika terjadi   cedera, pemusik disarankan berhenti sementara guna  mencegah kerusakan   lebih lanjut. Daerah yang cedera dikompres es selama  7-10 menit dan   diistirahatkan 24-48 jam sambil melakukan latihan  ringan tanpa   pembebanan. Obat antiperadangan dapat dikonsumsi untuk  meringankan   keluhan.
Jika keluhan tidak berkurang, langkah terbaik adalah   memeriksakan diri  ke dokter. Keadaan kronik (cedera sudah berlangsung   lama) biasanya  lebih sulit ditangani. Umumnya, dilakukan tindakan   fisioterapi seperti  pemanasan, ultrasound, stimulasi elektris guna   meningkatkan aliran  darah pada daerah yang terlibat, disertai latihan   peregangan mobilisasi  sendi-sendi atau otot yang cedera sehingga  menjadi  lentur dan kuat.  Pemulihan bergantung pada berat ringannya  gangguan,  proses baru atau  lamanya, serta penyebab yang mendasari  kerusakan.
Darmawan  mengatakan, pencegahan dan penanganan sedini  mungkin tetap  yang  terpenting. Kalau kesehatan tetap prima, karier  bermusik pun awet   terjaga.
sumber 
Rabu, 20 April 2011
Inilah Dampak Bahaya bagi Pemain Drum
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar