
Tujuh  belas Agustus merupakan hari besar kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada  tanggal tersebut, 64 tahun yang lalu merupakan hari paling bersejarah  negeri ini karena di hari itulah merupakan awal dari kebangkitan rakyat  Indonesia dalam melawan penjajahan sekaligus penanda awalnya revolusi.  Namun, ada beberapa hal menarik seputar hari kemerdekaan negeri kita  tercinta ini yang sayang jika belum Anda ketahui.
1. Soekarno Sakit Saat Proklamirkan Kemerdekaan
Pada  17 Agustus 1945 pukul 08.00 (2 jam sblm pembacaan teks Proklamasi),  ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan  Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya  tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya  menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Saat itu,  tepat di tengah-tengah bulan puasa Ramadhan.
"Pating  greges", keluh Bung Karno setelah dibangunkan Dr. Soeharto, dokter  kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair  dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung  Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya,  Bung Hatta.
Tepat  pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari  serambi rumah. "Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah  merdeka!", ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati.  Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera  pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali  ke kamar tidurnya; masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai.
2. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Dibuat Sangat Sederhana
Upacara  Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol,  tak ada korps musik, tak ada konduktor, dan tak ada pancaragam. Tiang  bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya  beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang  terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nanti selama lebih dari  300 tahun!
3. Bendera dari Seprai
Bendera  Pusaka Sang Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi RI. Tetapi  dari apakah bendera sakral itu dibuat? Warna putihnya dari kain sprei  tempat tidur dan warna merahnya dari kain tukang soto!
4. Akbar Tanjung Jadi Menteri Pertama “Orang Indonesia Asli”
Setelah  merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang  benar-benar "orang Indonesia asli". Karena semua menteri sebelumnya  lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga  Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik  Indonesia memang belum ada saat itu. "Orang Indonesia asli" pertama yang  menjadi menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera  Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga  pada Kabinet Pembangunan (1988-1993).
5. Kalimantan Dipimpin 3 Kepala Negara
Menurut  Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral wilayah  hukum Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di dunia. Di  pulau tersebut, ada 3 kepala negara yang memerintah! Presiden Soeharto  (memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir Mohamad (Sabah dan Serawak)  serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei).
6. Setting Revolusi di Indonesia Diangkat Ke Film
Ada  lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17  Agustus 1964, "Tahun Vivere Perilocoso" (Tahun yang Penuh Bahaya), telah  dijadikan judul sebuah film - dalam bahasa Inggris; "The Year of Living  Dangerously". Film tersebut menceritakan pegalaman seorang wartawan  Australia yg ditugaskan di Indonesia pada 1960-an, pada detik2 menjelang  peristiwa berdarah th 1965. Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson  itu mendapat Oscar untuk kategori film asing!
7. Naskah Asli Proklamasi Ditemukan di Tempat Sampah
Naskah  asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh  Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki  dan disimpan oleh Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru  disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah. Diah menemukan draft  proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus  1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik.Pada 29  Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto,  setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.
8. Soekarno Memandikan Penumpang Pesawat dengan Air Seni
Rasa-rasanya  di dunia ini, hanya the founding fathers Indonesia yang pernah mandi  air seni. Saat pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam, 13  Agustus 1945, Soekarno bersama Bung Hatta, dr Radjiman Wedyodiningrat  dan dr Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) menumpang pesawat fighter  bomber bermotor ganda. Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air  kecil, tetapi tak ada tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya  untuk hasrat yang tak tertahan itu. Melihat lubang-lubang kecil di  dinding pesawat, di situlah Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena  angin begitu kencang sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi  semua penumpang.
9. Negatif Film Foto Kemerdekaan Disimpan Di Bawah Pohon
Berkat  kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat  didokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara  Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting  tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi,  berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah  diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar  jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di  bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang  pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa  dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada  Jepang?
10. Bung Hatta Berbohong Demi Proklamasi
Kali  ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi,  Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada  Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara  rahasia. Bung Hatta memakai paspor dengan nama "Abdullah, co-pilot".  Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik,  seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM  Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan  diajak bertemu Mahatma Gandhi.
Nehru  adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Dandhi mengetahui perjuangan  Hatta. Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa "Abdullah"  itu adalah Mohammad hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada  Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya."You are a liar !" ujar  tokoh kharismatik itu kepada Nehru.
11. Bendera Merah Putih dan Perayaan Tujuh Belasan Bukan di Indonesia Saja
Bendera  Merah Putih dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli Indonesia.  Corak benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari  kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah negara  di Afrika Barat) yang merdeka 17 Agustus 1960. Selain itu, masih  menjadi perdebatan apakah lagu Indonesia Raya benar-benar merp karya  asli WR Supratman, ataukah 'terinspirasi' oleh lagu Perancis, "Les  Marseilles", yg memiliki nada2 yg sangat mirip.
12. Tidak Ada Nama Jalan Soekarnp-Hatta
Jakarta,  tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan kota tempat Bung  Karno dan Bung Hatta berjuang, tidak memberi imbalan yang cukup untuk  mengenang co-proklamator Indonesia. Sampai detik ini, tidak ada "Jalan  Soekarno-Hatta" di ibu kota Jakarta. Bahkan, nama mereka tidak pernah  diabadikan untuk sebuah objek bangunan fasilitas umum apa pun sampai  1985, ketika sebuah bandara diresmikan dengan memakai nama mereka.
13. Gelar Proklamator Hanyalah Gelar Lisan
Gelar  Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang  diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab, baru 1986  Permerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada mereka.
14. Indonesia Mungkin Saja Punya Lebih Dari Dua Proklamator
Kalau  saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya "lebih dari dua"  proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia  rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol no 1, Jakarta,  Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat dini hari itu ikut  menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya. Tetapi  usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu  dihadiri Soekarno, Hatta dan calon proklamator yang gagal : Achmad  Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. "Huh, diberi kesempatan membuat  sejarah tidak mau", gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.
15. Jenderal Soedirman Tidak Pernah Duduki Jabatan Resmi
Panglima  Besar Tentara Nasional Indonesia Jenderal Soedirman, pada kenyatannya  tidak pernah menduduki jabatan resmi di kabinet RI. Beliau tidak pernah  menjadi KSAD, Pangab, bahkan menteri pertahanan sekalipun!
sumber:  http://terselubung.blogspot.com 
Kamis, 17 Maret 2011
Rahasia #17an Agustus 1945
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar